Postingan ini
spesial untuk saya dan kamu, kita, para pejuang muda yang baru saja lulus
bangku SMA/sederajat. Juga kalian calon pejuang yang masih duduk di kelas 12.
SNMPTN adalah
jalur masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes, acuannya menggunakan nilai
rapor, prestasi dan reputasi sekolah.
SBMPTN adalah
jalur masuk perguruan tinggi negeri menggunakan tes.
Ujian Mandiri
adalah jalur masuk perguruan tinggi negeri menggunakan tes yang diadakan secara
mandiri oleh masing-masing perguruan tinggi negeri.
Perjuangan
dimulai dari awal kelas 12, digempur oleh tugas dan berbagai latihan soal UN.
Lalu berlanjut dengan pendaftaran SNMPTN.
Setiap orang
punya ambisi yang berbeda. Ada yang mati-matian berjuang masuk Perguruan Tinggi
Negeri (PTN) favorit seperti UGM, UI, ITB, dll. Kadang mereka sampai tak peduli
apakah jurusan yang mereka pilih sesuai atau tidak, yang penting masuk PTN itu.
Semata-mata karena gengsi. Dan mereka di golongan ini..... Kebanyakan gagal.
Jujur saya
prihatin, sekolah itu bukan hanya tentang gengsi. Kita harus melihat kemampuan,
minat, dan bakat. Toh selama universitas yang kita pilih itu akreditasinya
bagus, walaupun tidak seterkenal universitas beken di atas, bukankah
universitas biasa tersebut tetaplah baik?
Ada juga yang
memilih universitas unggulan karena memang mereka pantas. Saya bangga dengan
teman-teman saya yang berhasil masuk universitas unggulan ini, karena
kebanyakan dari mereka, otaknya memang cerdas, attitude nya bagus, sering
memenangkan lomba pula.
SNMPTN.
Tahun ini, 2014,
di sini pemerintah memberikan kesempatan untuk semua siswa mendaftar lewat
jalur ini. Bebas, siapa saja. Kuota yang diberikan mencapai 50% dari total
kuota penerimaan mahasiswa di setiap universitasnya. Kesempatan yang sungguh
luas. Kami beradu disini.
Kalian tau
bagaimana rasanya melihat pengumuman berlatar warna hijau tanda diterimanya
kita lewat jalur ini? Bahagia tak terkira. Bahkan saya pun sampai menangis.
Saking bahagianya seperti rasanya jantung saya ingin ikut melonjak. Karena
jujur saya bukan orang jenius, walau kadang (maaf bukan sombong) ada yang
bilang saya pandai. Padahal saya hanya seorang pelupa dan daya berpikirnya
kadang lambat a.k.a agak lemot. Karena sadar akan itu, saya selalu berusaha
mengejar materi dengan belajar kebut semalam hanya dengan harapan esok bisa
mengerjakan tes dengan hasil yang baik. Jujur saja, ini sangat berat karena
materi IPS sangatlah banyak bacaannya sampai kadang saya dan teman-teman harus
membuat singkatan konyol yang tidak se-apik The King buatan bimbel (saya tidak
mengikuti bimbel).
Kalau ada dari
kalian yang mengira tidak diterima di SNMPTN berarti orang bodoh. KALIAN SALAH
BESAR. SNMPTN adalah soal pilihan dan peluang atas nilai yang kita miliki. Begini contohnya,
ada teman saya si Ani nilainya sangat baik. Tapi dia memilih Komunikasi UI
(universitas terkenal dengan jurusan favorit). Akhirnya dia gagal di SNMPTN.
Karena kalah bersaing dengan siswa lain dengan nilai yang lebih tinggi dari
sekolah yang reputasinya lebih baik.
Kalau ada dari
kalian yang mengira diterima di SNMPTN berarti orang yang beruntung. KALIAN
TIDAK SEPENUHNYA BENAR. Apakah kalian tau bahwa dulu waktu sekolah, di saat kalian
bermalas-malasan, mengeluh, dan menyontek tugas teman.. Ada teman kalian yang sekarang
diterima SNMPTN, di saat kalian sibuk berputus asa dulu, dia terus memupuk asa,
belajar mati-matian hingga larut malam bahkan kadang sampai tidak tidur hanya
untuk mengebut materi untuk UTS/UKK, atau mengerjakan tugas kekeuh menggunakan
tangan dan otaknya sendiri. Apakah kalian pernah introspeksi seperti itu?
Apakah keberuntungan itu datang begitu saja seperti rejeki nomplok tanpa usaha
dan doa?
Lalu kalian ada
yang berkata, “Saya sudah belajar habis-habisan tapi masih belum diterima di
SNMPTN maupun SBMPTN, padahal teman saya yang tukang nyontek, UN aja pake kunci
jawaban malah keterima di SNMPTN! Nggak adil!”
Jangan, jangan
pernah berkata begitu. Apa kalian tau? Ada si A, dia siswa curang dan pemalas,
nilai UN nya tinggi, bahkan lebih tinggi daripada teman saya si B yang rajin
dan jujur. Tapi pada saat pengumuman SNMPTN, si A tidak diterima SNMPTN.
Sementara si B diterima di pilihan pertama.
Ada pula si C
anak curang dan pemalas yang lain. Dan si D anak rajin dan jujur. Dua-duanya
mendaftar di jurusan yang sama. Keduanya pula diterima SNMPTN. Si C beruntung
ya? Memang, tapi.... si C diterima di pilihan kedua. Si D di pilihan pertama.
Padahal sedari dulu mereka sama-sama sudah mengidam-idamkan jurusan di pilihan
pertama itu. Walaupun sama, tapi rasanya tetap berbeda bukan?
Saya sedikit
bertanya-tanya, apakah orang seperti A dan C kelak pada saat bekerja juga akan
diberi kesulitan karena perilaku mereka sebelumnya? Saya hanya bisa mendoakan
agar kelak siapapun itu, diberi kesuksesan bersama, di jalan yang benar.
Setelah renungan
di atas, masih ada yang belum diterima SNMPTN maupun SBMPTN. Jangan khawatir
teman, masih ada Ujian Mandiri, masih ada D3, masih ada universitas swasta,
masih ada tahun depan. Mungkin mudah bagi saya yang diterima SNMPTN berkata
seperti itu, tapi coba tanyakan pada diri kita sendiri, sudahkah kita
memaksimalkan usaha dan doa seperti yang saya contohkan di atas? Sudahkah kita
menanamkan niat kuat-kuat dalam hati kita?
Lagi, teman-teman
saya yang rajin dan pandai, dengan usaha yang penuh keringat dan peluh, kini
diterima di pilihan pertama SBMPTN. See? Allah sudah mengabulkan doanya.
Jangan lupa
kekuatan niat, doa, dan usaha.
Jangan lupa apa
yang kita peroleh saat ini adalah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita.
Jangan lupa, apa
yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Apakah pernah Allah
memberikan sesuatu tanpa ada hikmah di baliknya? Selalu berdoalah agar kita
mendapatkan yang terbaik untuk diri kita, bukan melulu tentang keinginan kita.
Jangan lupa,
kejujuran dan kerja keras itu manis buahnya. Bila dimakan puas rasanya.
Jangan lupa
tanamkan niat itu di hati dan pikiran kita. Seperti apa yang dulu guru saya
pernah katakan, tanamkan keinginan kamu kuat-kuat maka itu akan menjadi nyata,
dan tentunya dengan usaha.
Jangan lupa, yang
memetik hasil dari benih perjuanganmu adalah kamu sendiri.
Ingatlah kalimat
“usahamu tidak akan mengkhianatimu” dan “Man jadda wa jadda”
Untuk kamu dan
kalian, teman-temanku tercinta,
Mohon maaf, saya
tidak bermaksud menggurui, sama sekali tidak, karena saya sendiri masih pemalas
level tinggi. Mohon maaf juga kalau yang bisa saya beri hanya semangat dan doa.
Jangan pernah
menyerah, karena Allah tidak pernah tidur. Ia selalu melihat usahamu dan
mendengar doamu.
Terima kasih.