Rabu, 16 Juli 2014

Perjuangan Menuju Bangku Kuliah

Postingan ini spesial untuk saya dan kamu, kita, para pejuang muda yang baru saja lulus bangku SMA/sederajat. Juga kalian calon pejuang yang masih duduk di kelas 12.

SNMPTN adalah jalur masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes, acuannya menggunakan nilai rapor, prestasi dan reputasi sekolah.
SBMPTN adalah jalur masuk perguruan tinggi negeri menggunakan tes.
Ujian Mandiri adalah jalur masuk perguruan tinggi negeri menggunakan tes yang diadakan secara mandiri oleh masing-masing perguruan tinggi negeri.

Perjuangan dimulai dari awal kelas 12, digempur oleh tugas dan berbagai latihan soal UN. Lalu berlanjut dengan pendaftaran SNMPTN.
Setiap orang punya ambisi yang berbeda. Ada yang mati-matian berjuang masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorit seperti UGM, UI, ITB, dll. Kadang mereka sampai tak peduli apakah jurusan yang mereka pilih sesuai atau tidak, yang penting masuk PTN itu. Semata-mata karena gengsi. Dan mereka di golongan ini..... Kebanyakan gagal.
Jujur saya prihatin, sekolah itu bukan hanya tentang gengsi. Kita harus melihat kemampuan, minat, dan bakat. Toh selama universitas yang kita pilih itu akreditasinya bagus, walaupun tidak seterkenal universitas beken di atas, bukankah universitas biasa tersebut tetaplah baik?
Ada juga yang memilih universitas unggulan karena memang mereka pantas. Saya bangga dengan teman-teman saya yang berhasil masuk universitas unggulan ini, karena kebanyakan dari mereka, otaknya memang cerdas, attitude nya bagus, sering memenangkan lomba pula.

SNMPTN.
Tahun ini, 2014, di sini pemerintah memberikan kesempatan untuk semua siswa mendaftar lewat jalur ini. Bebas, siapa saja. Kuota yang diberikan mencapai 50% dari total kuota penerimaan mahasiswa di setiap universitasnya. Kesempatan yang sungguh luas. Kami beradu disini.
Kalian tau bagaimana rasanya melihat pengumuman berlatar warna hijau tanda diterimanya kita lewat jalur ini? Bahagia tak terkira. Bahkan saya pun sampai menangis. Saking bahagianya seperti rasanya jantung saya ingin ikut melonjak. Karena jujur saya bukan orang jenius, walau kadang (maaf bukan sombong) ada yang bilang saya pandai. Padahal saya hanya seorang pelupa dan daya berpikirnya kadang lambat a.k.a agak lemot. Karena sadar akan itu, saya selalu berusaha mengejar materi dengan belajar kebut semalam hanya dengan harapan esok bisa mengerjakan tes dengan hasil yang baik. Jujur saja, ini sangat berat karena materi IPS sangatlah banyak bacaannya sampai kadang saya dan teman-teman harus membuat singkatan konyol yang tidak se-apik The King buatan bimbel (saya tidak mengikuti bimbel).

Kalau ada dari kalian yang mengira tidak diterima di SNMPTN berarti orang bodoh. KALIAN SALAH BESAR. SNMPTN adalah soal pilihan dan peluang atas nilai yang kita miliki. Begini contohnya, ada teman saya si Ani nilainya sangat baik. Tapi dia memilih Komunikasi UI (universitas terkenal dengan jurusan favorit). Akhirnya dia gagal di SNMPTN. Karena kalah bersaing dengan siswa lain dengan nilai yang lebih tinggi dari sekolah yang reputasinya lebih baik.

Kalau ada dari kalian yang mengira diterima di SNMPTN berarti orang yang beruntung. KALIAN TIDAK SEPENUHNYA BENAR. Apakah kalian tau bahwa dulu waktu sekolah, di saat kalian bermalas-malasan, mengeluh, dan menyontek tugas teman.. Ada teman kalian yang sekarang diterima SNMPTN, di saat kalian sibuk berputus asa dulu, dia terus memupuk asa, belajar mati-matian hingga larut malam bahkan kadang sampai tidak tidur hanya untuk mengebut materi untuk UTS/UKK, atau mengerjakan tugas kekeuh menggunakan tangan dan otaknya sendiri. Apakah kalian pernah introspeksi seperti itu? Apakah keberuntungan itu datang begitu saja seperti rejeki nomplok tanpa usaha dan doa?

Lalu kalian ada yang berkata, “Saya sudah belajar habis-habisan tapi masih belum diterima di SNMPTN maupun SBMPTN, padahal teman saya yang tukang nyontek, UN aja pake kunci jawaban malah keterima di SNMPTN! Nggak adil!”

Jangan, jangan pernah berkata begitu. Apa kalian tau? Ada si A, dia siswa curang dan pemalas, nilai UN nya tinggi, bahkan lebih tinggi daripada teman saya si B yang rajin dan jujur. Tapi pada saat pengumuman SNMPTN, si A tidak diterima SNMPTN. Sementara si B diterima di pilihan pertama.
Ada pula si C anak curang dan pemalas yang lain. Dan si D anak rajin dan jujur. Dua-duanya mendaftar di jurusan yang sama. Keduanya pula diterima SNMPTN. Si C beruntung ya? Memang, tapi.... si C diterima di pilihan kedua. Si D di pilihan pertama. Padahal sedari dulu mereka sama-sama sudah mengidam-idamkan jurusan di pilihan pertama itu. Walaupun sama, tapi rasanya tetap berbeda bukan?

Saya sedikit bertanya-tanya, apakah orang seperti A dan C kelak pada saat bekerja juga akan diberi kesulitan karena perilaku mereka sebelumnya? Saya hanya bisa mendoakan agar kelak siapapun itu, diberi kesuksesan bersama, di jalan yang benar.

Setelah renungan di atas, masih ada yang belum diterima SNMPTN maupun SBMPTN. Jangan khawatir teman, masih ada Ujian Mandiri, masih ada D3, masih ada universitas swasta, masih ada tahun depan. Mungkin mudah bagi saya yang diterima SNMPTN berkata seperti itu, tapi coba tanyakan pada diri kita sendiri, sudahkah kita memaksimalkan usaha dan doa seperti yang saya contohkan di atas? Sudahkah kita menanamkan niat kuat-kuat dalam hati kita?
Lagi, teman-teman saya yang rajin dan pandai, dengan usaha yang penuh keringat dan peluh, kini diterima di pilihan pertama SBMPTN. See? Allah sudah mengabulkan doanya.

Jangan lupa kekuatan niat, doa, dan usaha.
Jangan lupa apa yang kita peroleh saat ini adalah yang terbaik yang Allah berikan untuk kita.
Jangan lupa, apa yang kita inginkan belum tentu yang terbaik untuk kita. Apakah pernah Allah memberikan sesuatu tanpa ada hikmah di baliknya? Selalu berdoalah agar kita mendapatkan yang terbaik untuk diri kita, bukan melulu tentang keinginan kita.
Jangan lupa, kejujuran dan kerja keras itu manis buahnya. Bila dimakan puas rasanya.
Jangan lupa tanamkan niat itu di hati dan pikiran kita. Seperti apa yang dulu guru saya pernah katakan, tanamkan keinginan kamu kuat-kuat maka itu akan menjadi nyata, dan tentunya dengan usaha.
Jangan lupa, yang memetik hasil dari benih perjuanganmu adalah kamu sendiri.

Ingatlah kalimat “usahamu tidak akan mengkhianatimu” dan “Man jadda wa jadda”

Untuk kamu dan kalian, teman-temanku tercinta,
Mohon maaf, saya tidak bermaksud menggurui, sama sekali tidak, karena saya sendiri masih pemalas level tinggi. Mohon maaf juga kalau yang bisa saya beri hanya semangat dan doa.
Jangan pernah menyerah, karena Allah tidak pernah tidur. Ia selalu melihat usahamu dan mendengar doamu.


Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar